UAMBN-USBN done!

Alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Lega rasanya, Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional sudah selesai. Badan yang diforsir kerja keras selama satu minggu ke belakang mulai menunjukkan tanda-tanda manjanya. Badan ini mulai mager:males diajak bergerak. Bismilah, semoga bukan efek jangka panjang. Harapan saya, semoga nggak ada tuntutan tidur larut di dua minggu ke depan menjelang UN. Semoga stok kopi yang ada di dalam tumpukan kardus makanan nggak perlu diambil lagi. Aamiin. Nyehehe.

As a matter of fact, tahun ini menjadi tahun perdana dilaksanakannya USBN. Sebelumnya, hanya UN saja bentuk ujian yang disyaratkan Negara untuk kelulusan para siswa tingkat akhir di setiap jenjang pendidikan (selain itu, khusus madrasah dilaksanakan UAMBN yang mengujikan pelajaran agama). USBN sendiri adalah Ujian yang sekarang menjadi standar kelulusan setiap siswa tingkat akhir, menggantikan peran UN yang kini beralih menjadi instrumen pemetaan pendidikan negara. Butuh beberapa kali untuk saya hingga berhasil memahamkan kepada orang tua saya tentang eksistensi USBN dan keterangan-keterangan detail mengenainya lewat percakapan telepon. Agak riweuh sih, memang. Apalagi informasi fix tentangnya baru kami (siswa) terima pada bulan Februari pertengahan-akhir. Wajar, namanya juga perdana. Persiapannya perdana. Perhatiannya perdana.

USBN yang dilaksanakan selama 4 hari (di MAN ICS karena disatukan jadwalnya dengan UAMBN) ini mengujikan mata pelajaran peminatan sesuai jurusan ditambah denga mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Pkn.  Bagi siswa terutama guru pada umumnya, ini adalah tantangan tersendiri.Sebelumnya, sejarah Indonesia dan PKn hanya diujikan melalui ujian akhir masing-masing sekolah yang berimbas kepada tidak adanya ujian serupa yang bisa dijadikan standar patokan. Nah, bagi kami, siswa-siswa produk kurikulum tiga belas yang langgeng dalam pelaksanaan sistem kurikulumnya (tidak kembali ke kurikulum KTSP sebagaimana keputusan kebanyakan sekolah di pertengahan masa pendidikan), tantangannya jadi bertambah. Sistem buka tutup yang kami lalui untuk pelajaran PKn dan Sejarah Indonesia membuat kami tidak dapat mencerna pelajaran seutuh yang diharapkan. Akhirnya, sistem kebut seminggu dilaksanakan. Bundel rangkuman, modul, dan latihan-latihan soal kami lahap semampu kami. Tentunya, dengan dukungan guru-guru yang tiada habisnya.

Pelaksanaan USBN yang bersamaan dengan UAMBN menciptakan kondisi yang tentunya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika UAMBN tahun-tahun sebelumnya memiliki waktu pelaksanaan khusus yang lepas dari ujian-ujian lainnya, kali ini tidak begitu. Siswa harus berfokus tidak hanya pada mapel agama untuk persiapan UAMBN, namun juga pada review materi untuk USBN. Kondisi ini tentunya menjadi faktor penting yang menentukan. Dengan keadaan seperti ini, tentunya kurang adil apabila perbandingan dilaksanakan terhadap hasil UAMBN tahun ini dengan tahun sebelumnya. Karena dalam pelaksanaannya, ceteris paribus tidak dapat diasumsikan berlaku. Ada faktor x, y, z yang sedikit banyak mempengaruhi kesiapan siswa dan juga  proses pelaksanaan ujian. Harapan saya, semoga hasilnya tidak mengecewakan dan dapat mengantar kami untuk menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sesimpel itu.

Coretan di pintu kamar tidur yang kami selalu ndak sabar buat menuliskan; Alhamdulillah, selesai.

J
CSA,

24th March 2017


Komentar