Pulang
Pulang bukan lagi hanya sekedar kata
kerja, lebih dari sebuah aktivitas.
Kini, pulang bagi saya adalah sebuah perasaan.
Lalu timbul pertanyaan. Bagaimana caranya untuk bisa mendefinisikan sebuah perasaan?
Bisa jadi kita semua berbeda dalam pemaknaan
kata ini. Kali ini, bolehkah saya membagi definisi milik saya?
--o--
‘Pulang’ hanya bisa terasa ketika ribuan
rindu yang bertahun ditabung akhirnya bisa tercicip manisnya. Lalu membuncah.
Membentuk letupan-letupan indah dengan jutaan warna bak perayaan festival
kembang api di taman kota Beppu di bulan Desember. Menyenangkan.
Saat senyum secara sendirinya merekah
tanpa menuntut alasan paripurna.
Terlebih saat mengetahui bahwa orang-orang
yang dulu selalu bersama kita masih setia menunggu, menjabat tangan dan
bersedia menawarkan pundak dengan pelukan yang tak pernah berubah. Masih dengan
kehangatan yang dulu.
Jarak memang ujian, namun juga hadiah
bagi sesiapa yang ingin paham betapa cinta dan arti sebuah pertalian tidak
harus pupus oleh empat digit angka di depan satuan kilometer.
Tujuan pulang tidak lagi hanya mengenai
destinasi yang dituju. Ia adalah perasaan yang meluap ketika insan si penggenap
takdir tengah rehat dari setapak perjalanannya sebelum melanjutkan ke bukit
yang lebih terjal.
Supaya tidak lupa, rasanya pulang. Karena rasanya selalu
membahagiakan.
10:13 JST – 21 March
2018
5th
floor of R Building, APH, Beppu
Ditemani remang
lampu baca, garpu plastik dan setoples nutella
Dhina
Komentar
Posting Komentar